Minggu, 13 April2014
Seperti
biasa, ruangan itu penuh dengan orang-orang yang sedang berobat, mereka
menunggu namanya dipanggil untuk konsultasi dan obat. Tapi ada yang tidak biasa
pada minggu ini, Abu yang biasanya melayani konsultasinya tidak datang, jadi
kami konsul dengan salah satu asistennya.
Tidak
lama menunggu, namaku dipanggil untuk konsultasi, biasanya hanya konsultasi
masalah kesehatan saja, tapi ini sangat berbeda. Tiba-tiba saja asisten Abu
menasehatiku tentang banyak hal, sampai-sampai aku bingung dan tidak mengerti
mengapa dia bisa berkata demikian, namun anehnya semua ucapannya sangat tepat
untuk kondisiku saat itu. Kurang lebih begini nasihatnya :
“kalau
seneng sama temen jangan seneng sekali, kalau ada temen omongannya nyenengin
banget jangan terlalu dimasukan ke hati, begitupun sebaliknya, kalau ada temen
yang omongannya ga ngenakin juga jangan terlalu dipikirin. Teman itu sebatas
kerabat saja, jangan jadikan sandaran. Karena nanti kita kalau ada masalah
apa-apa kembalinya sama orang tua lagi. …………, kecuali, kalau ketemunya
dipengajian, kalau merasa cocok sekali, akrab sekali itu gapapa.”
Ya, kurang lebih seperti itu,
terus yang “…….” Itu isinya dia menganalogikan seperti kalau kita mengagumi orang
yang kita temui di mall. Intinya jadi kita ga akan terlalu tersakiti kalau menganggap
semua teman hanya sebatas kerabat bukan sandaran.
Seusai konsultasi,
aku menunggu obat. Aku menunggu obat lama sekali, dari sebelum dzuhur sampai
jam setengah 5. Subhanallah memang kesabarannya benar-benar diuji. Tapi aku
sangat senang, karena tenyata Allah punya maksud lain. Biasanya kalau menunggu
seperti itu, aku tidak banyak bicara, hanya melihat dan mendengar orang-orang
sekitarku yang sedang mengobrol.
Namun
kali ini sangat berbeda, aku ngobrol dengan banyak ibu-ibu yang juga sedang
menunggu. Dan yang paling ingin aku ceritakan disini adalah obrolanku dengan 2
ibu-ibu yang sangat menginspirasiku. Ibu yang satu sangat cantik, muda, dan
sholehah, melihatnya saja menyejukan hati. Ibu yang satunya sudah agak berumur,
namun sangat ke-umi-an, rasanya ingin menceritakan banyak hal dengannya.
Diawali
dengan cerita-cerita ringan soal kendala minum obat yang berupa pil-pil besar,
dan khasiat setelah meminum obat itu. Obrolan yang ringan dan penuh tawa
memang. Hingga kemudian aku bertanya tentang penyakit yang diderita oleh suami
ibu yang cantik itu, suaminya menggunakan alat bantu untuk berjalan. Awalnya aku
mengira suaminya itu habis kecelakaan, tenyata dugaanku salah. Ibu itu
bercerita tentang infeksi yang dialami suaminya.
Jadi,
awalnya memang suaminya pernah mengalami kecelakaan, namun itu sudah lama
sekali, sudah dari sebelum menikah, namun infeksinya baru muncul setelah ia
menikah dan mempunyai anak. Infeksinya berupa munculnya cairan pada lututnya,
berkali-kali cairan itu dikeluarkan namun selalu kembali. Berbagai upaya telah
mereka tempuh untuk kesembuhan suaminya, dari mulai operasi pengeluaran tulang
lunak pada lutut, pembelahan lutut, hingga menggunakan nuklir. terhitung hampir
2 hari sekali ibu itu ke rumah sakit. Sampai-sampai rumah sakit itu membuat tim
medis, proffessor-proffesor, ahli-ahli orthopedi,
hingga dosen orthopedi dari FK universitas ternama.
Sudah
lebih dari 6 bulan pengobatan itu dilakukan oleh mereka, namun hasilnya tak
kunjung membaik. Hingga akhirnya suaminya itu lelah dengan
pengobatan-pengobatan medis, dan mencoba untuk pengobatan alternatif seperti
ini. Ibu itu bercerita bahwa ini adalah kedua kalinya ia berobat disini. Dan Subhanallah
pada minggu pertama berobat menunjukan hasil yang membaik, hal itu diketahui
karena mereka langsung mengecek ke rumah sakit.
Terbayang
sangat sulit sekali perjuangan ibu itu dan suaminya, tapi, tahukah kamu..
Ibu itu bercerita dengan sangat
anggun, disela-sela ceritanya selalu terucap syukur, tak sedikitpun ia mengeluhkan
apa yang dialami olehnya dan suaminya. Kesabaran yang dimilikinya mampu
menenangkan suaminya, ya memang tutur-katanya sangat tenang dan menenangkan.
Aku membayangkan
jika aku ada diposisinya..
Sanggupkah aku menjadi sesabar itu.
Sanggupkah aku untuk tetap bersyukur dan tidak pernah
mengeluh.
Sanggupkah aku untuk menjadi penenang dan penyemangat dikala
keputusasaan mulai datang..
Sanggupkah…
Rasanya malu jika berkaca pada
diri sendiri, ah…. Sudalah.. ehehe..
Obrolanku
dengan kedua ibu itu telah mengajarkanku banyak hal, menginspirasiku untuk
menjadi seperti mereka. Kelak,. Aku ingin menjadi sebaik-baiknya ibu untuk
anak-anakku, sebaik-baiknya istri untuk suamiku, yang tutur-katanya tenang dan
menenangkan, yang sholehah dan berkepribadian anggun.
Duh.. jadi mikir kejauhan.. hehhee.
Semangat perbaikan diri.! Semangat memantaskan diri!
Perempuan yang baik untuk lelaki yang baik..
Maybe Im not the best, but I’ll always try to be better..
Bismillahirrohmanirrohim.
0 komentar:
Posting Komentar