saya telah mengalami suatu
titik balik kehidupan, sebutulnya tidak terlalu menarik untuk dibaca, namun
akan menarik untuk diceritakan kepada anak cucu saya nantinya, saya tulis
disini untuk menjadi pengingat bagi saya yang pelupa.
Matahari
Karenanya semua menjadi
cerah dan indah,
Cerita ini di mulai saat
saya masih awal kuliah di Universitas
Negeri Jakarta, saat ospek saya melihat
seorang lelaki, dia begitu bersemangat. Tingkahnya
begitu konyol, tak peduli panas terik
dia tetap riang gembira, semangatnya menyinari wajahnya, dia begitu mempesona
memang, bukan hanya saya yang berkata demikian.
Saya mengaguminya, sangat.
“apa yang menjadi motivasimu, tergantung pada siapa
yang memotivasimu”
Ya, dia sudah memotivasi
saya secara tidak langsung, naluri saya
mengikuti apa yang ia kerjakan.
Saat kuliah dulu, saya
aktif mengikuti kepantiaan, saya mengikuti beberapa organisasi seperti halnya
BEM dan TAnK MIPA, saya begitu sibuk. Pergi
pagi buta pulang malam.
Walaupun saya harus pulang
pergi Bekasi-Jakarta, saya tetap memutuskan untuk berorganisasi, yang
notabennya harus jadi “kura-kura” kuliah rapat, kuliah rapat. Belum lagi sepulang kuliah saya masih harus ngajar
di Kota Wisata, Cibubur, saya
mengajar hampir satu minggu full.
Lelah, namun itulah hidup saya selama saya kuliah di
UNJ.
Terlihat sibuk memang,
namun dia lebih sibuk dari saya, prestasinya pun lebih baik dari saya, hingga saya tak punya alasan
untuk mengeluh, karena itulah jalan yang saya pilih.
Rasa kagum ini tak
selamanya indah rupanya..
Rasa kagum ini terus
meningkat setiap saat saya dengar ceritanya, setiap saat saya melintas
didepannya, setiap saat kami berada dalam suatu perkumpulan yang sama, setiap
saat saya mendengar suaranya dari kejauhan. Rasa kagum ini hampir meluap
karenanya, sampai saya benar benar lelah
membendungnya. Saya lelah berpura-pura tidak melihatnya, berpura-pura tidak
memperhatikannya, berpura-pura tidak menyukainya, berpura-pura cuek saat berbicara dengannya.
Lelah, saya sudah lelah
berpura-pura. Tapi saya belum lelah menganguminya. Saya terus mengaguminya,
sampai akhirnya saya tau bahwa dia sedang mengagumi seseorang yang lain, dan
seseorang itu adalah sosok wanita yang sholehah yang juga saya kagumi karena
kesholehah-annya.
Saya benar-benar lelah dan
terjatuh.
Disinilah titik balik itu.
Disinilah mulanya..
Saat saya terjatuh saya
mencoba untuk bangkit.
Sebenarnya saya sudah
mendaftarkan diri saya untuk mengikuti USM STAN 2013, awalnya saya hanya iseng
dan benar-benar tidak ingin pindah dari UNJ, walaupun matakuliah di jurusan
fisika lumayan memeras otak dan laporannya yang berpuluh-puluh lembar di tulis
tangan, dan perhitungannya yang ribet, semuanya itu terkalahkan oleh rasa cinta saya sama suasana fakultas ini,
fakultas MIPA, yang mahasiswa dan mahasiswinya ta’at-ta’at dan suasana keislamannya amat terasa, sampai anak fakultas sebelah,
fakultas olah raga, bilang kalau fakultas kita ini fakultasnya anak pesantren,
but that’s why I love FMIPA.
Kembali pada keisengan
saya mengikuti USM STAN 2013, karena
niat awalnya memang hanya iseng dan mau merasakan euforianya “saringan lubang
jarum” ini saya menyianyiakan waktu saya untuk mempersiapkan diri. Saya tidak
belajar, sampai hari H-2 usm stan, saya merasakan titik balik itu. Hati dan
pikiran saya berkontaksi. Hati saya yang benar benar jatuh saat itu justru
membangkitkan pikiran saya. Saya mulai berfikir untuk serius mengikuti usm stan
ini, dan saya berfikir untuk pindah dari
kampus ini. Saya tidak bisa selamanya “jatuh” seperti ini. Saya sudah lelah
dengan rasa kagum yang akhirnya membunuh perasaan saya sendiri. Saya terlalu
lelah berpura-pura. Dan saya pun tak sanggup jika harus terus melihatnya
setiap hari dan terus berpura-pura sampai saya lulus kuliah.
TIDAK!
Saya tak akan mengulangi
kesalahan saya waktu dulu, mengagumi seseorang terlalu lama.
Saya harus bangkit!
Lucu memang, saya belajar
sangat keras selama 2 hari menuju usm stan itu hanya karena seseorang.
“seseorang yang
memotivasimu berpotensi besar untuk menjatuhkanmu”
Rupanya usaha keras saya
tidak menghianati, alhamdulillah saya lolos usm stan 2013, berat memang harus
meninggalkan yang lain yang saya cintai tapi saya sudah memilih, dan saya harus
bertanggung jawab dengan pilihan saya. Perjuangan yang sangat berat untuk bisa
diterima di STAN, karena banyak sekali kendala yang saya hadapi dalam proses
daftar ulang, dan saya benar-benar bersyukur Allah memudahkan jalan untuk saya
diterima dikampus Ali Wardhana ini. Alhamdulillah.
Kesibukan saya
mempersiapkan berkas untuk proses daftar ulang berhasil membuat saya lupa
berfikir akan dia, doa yang biasa saya
panjatkan untuknya pun sudah tergantikan dengan doa-doa yang lain. Saya sudah
mulai bisa melupakan sedikit tentangnya. Dan saya berfikir bahwa saya pasti
bisa menghapus semua rasa itu jika saya di STAN, jika saya tidak melihatnya
lagi, setiap hari. Ya, saya pasti bisa.
1 komentar:
Maksud kamu pasti elno yah hehe
Posting Komentar