Selasa, 11 Maret 2014

Titik Balik I


saya telah mengalami suatu titik balik kehidupan, sebutulnya tidak terlalu menarik untuk dibaca, namun akan menarik untuk diceritakan kepada anak cucu saya nantinya, saya tulis disini untuk menjadi pengingat bagi saya yang pelupa.

Matahari
Karenanya semua menjadi cerah dan indah,
Cerita ini di mulai saat saya masih awal kuliah di  Universitas Negeri  Jakarta, saat ospek saya melihat seorang  lelaki, dia begitu bersemangat. Tingkahnya begitu konyol,  tak peduli panas terik dia tetap riang gembira, semangatnya menyinari wajahnya, dia begitu mempesona memang, bukan hanya saya yang berkata demikian.
Saya mengaguminya, sangat.  
“apa yang  menjadi motivasimu, tergantung pada siapa yang memotivasimu”
Ya, dia sudah memotivasi saya secara tidak langsung,  naluri saya mengikuti apa yang ia kerjakan.
Saat kuliah dulu, saya aktif mengikuti kepantiaan, saya mengikuti beberapa organisasi seperti halnya BEM  dan TAnK MIPA, saya begitu sibuk. Pergi pagi buta pulang malam.
Walaupun saya harus pulang pergi Bekasi-Jakarta, saya tetap memutuskan untuk berorganisasi, yang notabennya harus jadi “kura-kura” kuliah rapat, kuliah rapat.  Belum lagi sepulang kuliah saya masih harus ngajar di  Kota Wisata, Cibubur, saya mengajar  hampir satu minggu full.
Lelah,  namun itulah hidup saya selama saya kuliah di UNJ. 
Terlihat sibuk memang, namun dia lebih sibuk dari saya, prestasinya pun lebih  baik dari saya, hingga saya tak punya alasan untuk mengeluh, karena itulah jalan yang saya pilih.
Rasa kagum ini tak selamanya indah rupanya..
Rasa kagum ini terus meningkat setiap saat saya dengar ceritanya, setiap saat saya melintas didepannya, setiap saat kami berada dalam suatu perkumpulan yang sama, setiap saat saya mendengar suaranya dari kejauhan. Rasa kagum ini hampir meluap karenanya, sampai  saya benar benar lelah membendungnya. Saya lelah berpura-pura tidak melihatnya, berpura-pura tidak memperhatikannya, berpura-pura tidak menyukainya,  berpura-pura cuek saat berbicara dengannya.
Lelah, saya sudah lelah berpura-pura. Tapi saya belum lelah menganguminya. Saya terus mengaguminya, sampai akhirnya saya tau bahwa dia sedang mengagumi seseorang yang lain, dan seseorang itu adalah sosok wanita yang sholehah yang juga saya kagumi karena kesholehah-annya.
Saya benar-benar lelah dan terjatuh.

Disinilah titik balik itu.
Disinilah mulanya..
Saat saya terjatuh saya mencoba untuk bangkit.
Sebenarnya saya sudah mendaftarkan diri saya untuk mengikuti USM STAN 2013, awalnya saya hanya iseng dan benar-benar tidak ingin pindah dari UNJ, walaupun matakuliah di jurusan fisika lumayan memeras otak dan laporannya yang berpuluh-puluh lembar di tulis tangan, dan perhitungannya yang ribet, semuanya itu terkalahkan oleh  rasa cinta saya sama suasana fakultas ini, fakultas MIPA, yang mahasiswa dan mahasiswinya ta’at-ta’at  dan suasana keislamannya  amat terasa, sampai anak fakultas sebelah, fakultas olah raga, bilang kalau fakultas kita ini fakultasnya anak pesantren, but that’s why  I love FMIPA.
Kembali pada keisengan saya mengikuti  USM STAN 2013, karena niat awalnya memang hanya iseng dan mau merasakan euforianya “saringan lubang jarum” ini saya menyianyiakan waktu saya untuk mempersiapkan diri. Saya tidak belajar, sampai hari H-2 usm stan, saya merasakan titik balik itu. Hati dan pikiran saya berkontaksi. Hati saya yang benar benar jatuh saat itu justru membangkitkan pikiran saya. Saya mulai berfikir untuk serius mengikuti usm stan ini,  dan saya berfikir untuk pindah dari kampus ini. Saya tidak bisa selamanya “jatuh” seperti ini. Saya sudah lelah dengan rasa kagum yang akhirnya membunuh perasaan saya sendiri. Saya terlalu lelah berpura-pura. Dan saya pun tak sanggup jika harus terus melihatnya setiap  hari dan terus berpura-pura  sampai saya lulus kuliah.
TIDAK!
Saya tak akan mengulangi kesalahan saya waktu dulu, mengagumi seseorang terlalu lama.
Saya harus bangkit!
Lucu memang, saya belajar sangat keras selama 2 hari menuju usm stan itu hanya karena seseorang.
“seseorang yang memotivasimu berpotensi besar untuk menjatuhkanmu”

Rupanya usaha keras saya tidak menghianati, alhamdulillah saya lolos usm stan 2013, berat memang harus meninggalkan yang lain yang saya cintai tapi saya sudah memilih, dan saya harus bertanggung jawab dengan pilihan saya. Perjuangan yang sangat berat untuk bisa diterima di STAN, karena banyak sekali kendala yang saya hadapi dalam proses daftar ulang, dan saya benar-benar bersyukur Allah memudahkan jalan untuk saya diterima dikampus Ali Wardhana ini. Alhamdulillah.

Kesibukan saya mempersiapkan berkas untuk proses daftar ulang berhasil membuat saya lupa berfikir akan dia,  doa yang biasa saya panjatkan untuknya pun sudah tergantikan dengan doa-doa yang lain. Saya sudah mulai bisa melupakan sedikit tentangnya. Dan saya berfikir bahwa saya pasti bisa menghapus semua rasa itu jika saya di STAN, jika saya tidak melihatnya lagi, setiap hari. Ya, saya pasti bisa.

1 komentar:

Dhika mengatakan...

Maksud kamu pasti elno yah hehe

:a: :b: :c: :d: :e: :f: :g: :h: :i: :j: :k: :l: :m: :n:

Posting Komentar